Selasa, 27 Oktober 2015

Iihh..Ganteng² Kok Loyo Sich..!!

Persoalan "galdira" aliasgagal di ranjang, urusannya memang bisa panjang. Problem pelik kepunyaan lelaki ini sudah ada sejak dulu.

Ilmu pengobatan Cina punya teori dan pengobatan untuk mendongkrak perkakas keperkasaan ini. Percayalah, yang ini bukan obat jalanan. 
  
Rasanya, tak ada satu pun lelaki di dunia ini yang ingin terlihat lemah untuk urusan hubungan intim dengan pasangannya. Namun terkadang, keinginan itu seperti jauh dari harapan. Ada yang mengeluhkan kemampuan seksnya menurun, atau bahkan hilang. Ada yang ingin menambah daya tahan “permainan”, agar bisa membahagiakan pasangan. Namun ada pula yang sekadar kurang puas dengan ukuran panjang alat kemaluan.
 
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., seksolog kenamaan, membenarkannya. Menurut dia, 10 - 15% pria menikah punya persoalan fungsi seksual dan mencari obat penunjangnya. Entah melalui cara medis maupun jalur bisik-bisik tetangga. Dengan jumlah sebesar itu, bisa dibayangkan besarnya pasar obat-obatan untuk urusan goyang ranjang ini.
 
Di Jakarta, tengok saja kawasan Jln. Gajah Mada dan Jln. Hayam Wuruk. Ratusan kios pedagang obat jadi berjajar di pinggir jalan selama hampir 24 jam. Obat yang dipasarkan amat beragam. Meski tak ada data pasti, banyak pihak menyehut jumlahnya sampai 100 merek, mulai dari pil, sirup, salep, tisu, sampai sprai. Beherapa di antaranya, kata para pedagang itu, adalah obat tradisional Cina.

Sebut saja Nangen Zengzhangsu. Obat kuat berisi tiga butir pada setiap kemasannya itu dikhasiatkan untuk mengatasi ejakulasi dini dan impotensi. Penggunanya dijanjikan bakal tahan sampai 12 jam “permainan”!

Ada juga Procomil Spray, yang sekali semprot, menjadikan pemakai “main” berkali-kali selama 24 jam..! Daftar bisa diperpanjang dengan Haimodubian Pill produksi Benzhi Fuji Pharmaceutical, Darlingproduksi Hongkong Pharmaceutical, atau Handsome Oil dari Taiwan Pharmaceutical.

Menurut sejumlah pedagang obat di seputar Glodok, obat-obat dari Cina itu jumlahnya ada sekitar 10 merek. Meski datang dari Hongkong atau Taiwan, tetap saja orang yang melihat obat-obat semacam itu menyehutnya sebagai obat tradisional Cina. Mungkin semata karena ada aksara Cina di kemasannya. Atau karena produsennya berasal dari negara dekat-dekat 
RRC.
 
Padahal obat-obat kuat yang kini dijual bebas kebanyakan berlaku seperti produk liar dan menyalahi undang-undang. Penelitian Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) pada April 2002 mencatat, hampir 30-an produk tidak tertib aturan. Ada yang tidak teregistrasi, tidak mencantumkan nama produsen, tidak jelas komponennya, tidak ada tata cara penggunaan, tanpa tanda peningatan efek sampingan, atau tidak mencantumkan batas kedaluwarsa.

Khusus produk impor, tidak menggunakan bahasa Indonesia. Itu baru masalah penandaan kemasan, belum lagi menyentuh bahan atau khasiatnya yang kadang abal-abal. Kalau ada persoalan dengan obat seks, konsumen memang tak mau lapor. Mereka malu. “Idih, ganteng-ganteng kok loyo,” kata dr. Marius Widjajarta, ketua YPKKI. Keengganan ini rupanya yang membuat obat obatan seks terus ada.
 
Sementara Wimpie Pangkahila menduga, diminatinya obat-obat seks adalah akibat iklannya yang agresif. Di tengah kebutuhan masyarakat yang besar, lalu muncul obat sembarangan yang tak jelas asal-usulnya.

Wimpie menyarankan, sepanjang obat itu tak jelas kandungannya dan belum diuji klinis, masyarakat tak perlu mempercayainya. Kalau toh ada yang merasakan khasiatnya mungkin kebetulan kandungannya asli. “Atau hanya efek plasebo alias sugesti saja,” tegas Wimpie. Sebagai dokter, ia hanya menyarankan obat-obat yang sudah melalui uji klinis, yang keberhasilannya sekitar 70 - 80%.

Dari pinggang ke seks

Selain obat jadi, sebagian penderita gangguan seks juga mencari solusi dengan obat tradisional.

Lagi-lagi, alasannya karena obat tradisional dianggap aman. Bisa jadi lantaran konsumen juga tidak mau ada persoalan baru dengan mengonsumsi obat seks dalam kemasan. 
Sudah loyo, malah bisa tambah risiko.

A Kiong, pedagang obat di kawasan Tangerang, adalah pedagang yang juga peramu obat kuat. Ramuan maut pria 37 tahun ini terdiri atas kuda laut, ginseng, tokek, tangkur buayatangkur harimau, dan beberapa bahan lain. Ia mendapatkan resep rahasia itu semasa bekerja di toko pamannya di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, 10 tahun lalu.
 
Khasiatnya untuk memperlama dan memperkuat. “Saya buat sendiri, saya konsumsi sendiri, dan saya rasakan khasiatnya bagus,” promosi pria peranakan Cina bertubuh tinggi besar ini. Berbeda dengan obat jadi, A Kiong mengakui, harga ramuannya sedikit mahal, sekitar Rp 200.000,- untuk pemakaian sebulan. Sekali minum satu sloki, satu kali sehari. Sebenarnya, khasiat aslinya untuk kesehatan dan menguatkan pinggang.

Tapi jika dihubungkan ke urusan seks, menurut dia, itu bukan kebetulan. “Asal diminum secara rutin, pasti lancar,” jelas pria yang mengaku tidak tahu soal khasiat obat-obatan seks di pasaran. Di toko nya, tersedia lebih dari 10 macam ramuan obat kuat yang sudah dikemas. Di antaranya ada merek Ke Che Pu Sen Yan, U Che Pu Yan, dan Hai Ma Pu Sen Yan. Ramuan ini dijual sekitar Rp 10.000,- per botol, isi 100, 60, atau 50 butir, berbentuk pil atau kapsul.
 
Namun, katanya, peminat obat-obat itu belum terlalu banyak. Sehari cuma laku setengah lusin. Maklum, promosinya masih getok tular. Diakuinya, obat Cina bukan tanpa efek sampingan. Bagi penderita hipertensi, disarankan jangan banyak mengonsumsi Sebab, semua ramuan kuat seks hakikatnya memompa darah supaya naik. Tapi, ramuan Cina memompanya tidak terlalu kuat, makanya harus diminum secara rutin. “Beda dengan obat farmasi yang bisa langsung bereaksi,” A Kiong coba sedikit berteori.

Di toko A Kiong tersedia juga Siam So, obat oles yang konon dibuat dari jantung kodok. Dikumpulkan dalam jumlah tertentu, lain ia ramu lagi dengan bahan-bahan obat lain. Aslinya, obat itu untuk mengurut otot yang terkilir, agar merasa kebas. Namun kemudian, orang memakainya untuk obat oles, sehingga penis terasa kebas. Rasa kebas itu baru hilang dua tiga 
jam, setelah dicuci air.

A Kiong yakin, ramuan obat Cina tak kenal istilah imun atau kebal seperti obat farmasi, jika 
dipakai dalam jangka waktu lama. Selama dirasa cocok, ya aman-aman saja, karena tak ada efek sampingan. Sayangnya, banyak orang tak sabar, karena minumnya harus rutin.

Masalah Psikologis

Meramu bermacam bahan untuk ramuan pengobatan seks tentunya sah saja. Apalagi menurut ilmu pengobatan modern, problem seks bukan melulu masalah fisik, melainkan juga psikologis.

“Dalam ilmu pengobatan Cina, penyebab-penyebab non-fisik ini malah sudah diketahui ribuan tahun lalu,” kata William Adi Teja, MD, M.Med., sinse dari Utomo Chinese Medical Center.

Dalam ilmu pengobatan Cina, papar William, seks adalah masalah klasik. Sepertiga keluhan 
manusia menyangkut kemampuannya di ranjang. Apalagi seks diyakini berkaitan dengan umur 
manusia. Seseorang akan berumur panjang jika tidak punya masalah seks. Begitu pula sebaliknya.

Problem seks terutama terletak pada ginjal. Jangan salah, ginjal dalam pengobatan Cina 
bukanlah nama organ. Melainkan sistem di bagian tengah tuhuh manusia, di mana reproduksi termasuk di dalamnya. Jika terdapat kekurangan pada sistem ginjal, agak sulit untuk memulihkannya. Karena merupakan bawaan seseorang sejak lahir, atau disebut xian tien.
 
Jika tidak ada masalah bawaan, problem berikutnva bisa dikarenakan faktor hou tian, atau 
pengaruh-pengaruh luar pada kehidupan di dunia. Bisa karena iklim, lingkungan, atau makanan, yang semua itu bermuara pada gangguan limpa.
 
Probem ketiga menyangkut emosi seseorang. Penyebabnya bisa karena gangguan psikologis seperti ketakutan atau trauma yang pernah dialami sebelumnya. Kesibukan kerja di zaman modern ini juga bisa memicu masalah seks. Terutama masalah seks di usia muda, terang sinse lulusan Beijing University of Traditional Chinese Medicine. Problem ini akan menghambat meridian ke lever.

Jika penyebahnya xian tian, akan sedikit sulit. Repotnya lagi, ginjal dianggap sebagai pusat reproduksi yang berfungsi menyimpan sperma. Sinse biasanya akan memberi ramuan dengan daun ling yang huo yang ampuh mendongkrak birahi. Konon, daun ini semula makanan kambing pada masa kawin.
 
Gangguan lever yang terkait dengan psikologis bisa diatasi dengan komunikasi untuk mengatasi masalah, dengan dibantu obat-obatan yang bersifat penenang. Bukan ohat penenang seperti pada kedokteran Barat, tapi obat yang berasal dari batu-batuan di laut seperti tulang cumi dan kerang-kerangan. Ada juga beberapa tumbuhan yang sifatnya memperlancar jalur meridian lever.

Kalau seseorang emosinya terganggu, bisa dipastikan levernya ikut terganggu, terang sinse berusia 29 tahun ini. Selain dengan obat, gangguan pada lever dan ginjal bisa diterapi dengan akupuntur. Khusus ginjal, bisa dibantu pula dengan moksibasi (pemanasan dengan obat bakar) di daerah buah pinggang itu, meski umumnya pengobatannya dilakukan dengan oral.
 
William mencatat, sejauh ini penderita yang datang kepadanya kebanyakan berusia di atas 50 tahun dengan problem di ginjal dan limpa. Meski usia penderita memang sudah di ambang senja, ini sebenarnya tidak wajar. Biasanya, keluhan ini dipicu penyakit lain seperti prostat atau diabetes. Penyakit awalnya itu harus dikendalikan - dulu, pesannya.

Kalau penderita berusia muda, problemnya cenderung ke lever. Tapi penderita dari golongan usia ini jumlahnya tidak hanyak. Entah karena malu berobat atau lebih memilih obat modern seperti viagra atau levitra yang lebib instan. Maklum, pengobatan tradisional butuh ketelatenan luar biasa. Ramuan pahit-pahitan dan sinse harus diminum selama hampir dua bulan.

“Tegantung penyakitnya juga,” tegas William. Namun keuntungannya, pengobatan ini tidak bersifat dadakan. Ramuan tidak akan bereaksi apa pun terhadap tubuh, jika memang tidak ada rangsangan. Berbeda dengan obat modern yang memang begitu diminum, haruss langsung bertempur. Jadi....(Intisari)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar